HAMARSUDI PASEDULURAN KANG LINUHUR

Jumat, 06 September 2013

INILAH PEDANG HIRARKI JABATAN...


Tidak ada yang tidak kenal dengan pedang samurai..( yang terkenal ketajamannya dan kualitas bajanya ). Kalau tidak ada samurai, sebagai bahan kajian.. bisa memakai sebuah pisau. Karena setiap rumah pasti ada yang namanya pisau...

Kalau mau memperhatikan dengan seksama & baru tersadar sekarang ini, bahwa semua pisau itu dibuat dengan tajam kebawah & tumpul keatas. Apakah ini sebuah kebetulan ?... Apakah ini sebuah hal yang biasa - biasa saja ?. Tentu bukan...Karena, semua sudah menjadi pembelajaran & antisipasi atas semua aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan pisau tersebut. Dengan memberikan ketajaman kebawah, dengan harapan tentunya memudahkan didalam sebuah proses pemotongan. Sedangkan yang bagian atasnya dibuat tumpul, dengan pertimbangan keamanan untuk melakukan tekanan bila kesulitan melakukan pemotongan..

Kajian ilmiahnya, mungkin seperti diatas tadi. Namun, ini juga menjadi sebuah filosofi ksatria samurai didalam menjaga kewibawaan sang raja. Apapun titah raja, itulah yang akan dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Benar salah ( bukan menjadi ranahnya ), tapi pengabdian kepada Rajanya itu adalah sebuah harga mutlak yang harus selalu dipegang teguh sampai menutup mata.

Didalam hirarki organisasi ataupun dalam perusahaan, seringkali juga berlaku hukum samurai ini. Salah benar seorang leader, kita sebagai anggota team..ya harus mengamankan kebijakkan tersebut. Walaupun mungkin itu juga sudah dipahaminya & mereka pernah mengalami hal seperti itu, namun karena ada pihak diatasnya yang lebih super power..tidak akan bisa berbuat banyak mengatasi hal tersebut. Jadilah, tumpul ke atas. Karena hanya sendiko dawuh ( org. jawa ) saja, tanpa berani untuk mencoba berargumentasi yang nantinya akan terjadi benturan analysanya. Hal ini berlaku kepada pihak - pihak yang masih mempunyai atasan langsung, karena akan tumpul alias manut - manut mawon lah....

Sesungguhnya bukan karena pengabdian & idealismenya didalam mengikuti kemauan atasan, tapi kembali lagi pada sebuah potensi kehilangan jabatan, yang akan berujung pada sebuah proses NOL kembali , jika mau berproses menjadi seorang karyawan baru di perusahaan yang baru atau bahkan usianya tinggal menunggu pensiun... 

Disaat menjadi " anak " , jadilah anak yang berbhakti kepada orang tuanya..
Jika menjadi " bapak ", jadilah bapak yang baik bagi anak - anaknya..
Mudah - mudahan kita semua masih bisa menjadi menikmati sisa hidup ini, dengan senantiasa belajar dari apa yang sudah kita lakukan selama ini.

Salam@poerone2.solo










Kamis, 05 September 2013

FILOSOFI DARI MANGGA YANG MANIS, NAK...


Wuih, enaknya nie mangga kek...harum n manis gitu loh . Pujian terlontar disaat saya mencoba mangga yang ada dirumah kakek didesa dulu. Lama memang kami bisa berkunjung ke desa kampung halaman, palingan kalau pas mudik lebaran atau bersamaan acara kantor ke Jawa. Pohon mangga nan rindang , penuh dengan buahnya membuat penasaran semua orang untuk mencoba kemanisan & kelezatannya.

Oh...iyo i le. Pancen manis tur arum pelem me... Lha wong itu yo pelem mu i... ( Oh iya, memang manis dan harum itu mangga. Lagian juga itu manggamu kok ... ).. jawaban penuh keluguan tertutur halus dari kakek. Manggaku....? penuh keheranan , penuh selidik.. Kapan saya nanamnya kek ? trus jenis apa itu mangga ? Saya rasa ndak pernah kok tanam - tanam mangga di pekarangannya kakek.....

Makanya, sering pulang jawa...Kakek rindu kenakalan mu dulu, waktu masih kecil.. Pohon mangga itu , bukan kakek yang tanam. Tapi, ingat....dulu kamu sering makan mangga, trus bijinya kamu lempar sana sini... Nah, itulah hasil dari kenakalanmu dulu...tumbuh menjadi pohon mangga & sekarang kamu nikmati buahnya itu...

Subhanallah,,,ternyata itu " hasil " dari keusilanku dulu dan kakek malahan merindukan hal itu lagi. Seringkali memang didalam hidup ini, perlu sebuah kesantunan didalam menikmati dan mewujudkan kesyukuran itu dengan tulus ikhlas, yang pastinya Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Walaupun, itu sebuah kesalahan...walaupun itu sebuah ujian...atau musibah. 

Dan kalau mau meneliti, darimana asal manis tidaknya buah mangga itu... Kita semakin dibingungkan dengan tidak adanya bagian didalam buah itu sebagai sumber "manisnya". Kakek hanya bertutur lirih, " kabeh sing neng njero kui, yo sing ndadekne manis lan ora ne'.. " ( Semua unsur didalamnya yang menyebabkan manis tidaknya buah itu ).

Demikian juga baik & tidaknya seseorang...sesungguhnya juga berasal dari seluruh unsur dalam diri kita sendiri. Kalau semuanya baik, ( pikirannya, logikanya, prasangkanya, perilakunya, sopan santunya, tutur katanya, dan terutama adalah hatinya...) selalu , selalu & selalu berisi kebaikkan , pasti juga akan menjadikan kita menjadi orang baik.

Berpikir baik, untuk berkata & bertindak baik..mudah-mudahan nantinya menjadikan kita orang yang baik pula. Biarlah orang lain yang menilai baik dan tidaknya kita...

Salam@poerone2.solo










Rabu, 04 September 2013

KEBIJAKKAN ITU TIDAK BISA DIADILI & DISALAHKAN...

Prabu Yudhistira.. Didalam pewayangan Mahabarata adalah sosok raja yang disegani & dihormati, karena kesantunan & kebersahajaannya didalam menghadapi masalah kehidupan dunia...Istrinya pun akan diberikan, jika mau diperistri oleh yang lainnya. Yang terkenal dalam dirinya adalah KEJUJURAN yang tidak pernah mau & bisa untuk berbohong. Tapi, disaat berlangsungnya perang Baratayuda...Yudhistira lah yang sesungguhnya menjadi pelemah & penyebab terbunuhnya Resi Durna yang terkenal sakti mandraguna...

Dengan berucap," Aswatama mati..... Aswatama mati !". Lemah lunglai Sang Resi Durna, yang menduga matinya putra kesayangannya Aswatama, sehingga dengan mudahnya Drestadjumna memenggal kepalanya dari belakang. Matilah Sang Resi Durna, pengayom dari Bala Kurawa & guru dari Pandawa sendiri..

Analysis kasus, haruskah Prabu Yudhistira yang bertanggungjawab terhadap kematian Sang Resi Durna ? Atau sebuah pamali atas ketidaksatrianya Drestadjumna dalam membunuh Sang Resi dari belakang ?..

Semua ini bersumber dari keahlian sang sutradara Pandawa dalam Baratayuda ini, yaitu Prabu Kresna. Karena Prabu Kresna lah yang mbisiki Yudhistira & menyuruh berkata : Aswatama mati, disaat seekor gajah yang bernama Aswatama dibunuh oleh Werkudara. Siapa & beranikah semuanya , untuk menyalahkan Sang Prabu Kresna yang telah didaulat oleh Pandawa & seluruh balatentara Pandawa menjadi pengatur strategy perang dalam Baratayuda ini...

Prabu Yudhistira , menjadi sosok yang bisa dipersalahkan dalam hal ini. Karena telah berbohong... Sang Raja Amarta hanya berkata singkat , padat & jelas.... " Kebijakkan itu tidak bisa disalahkan, saya Prabu Yudhistira bertanggungjawab dunia akhirat ". Ya juga sich, karena semua yang tahu persis apa yang harus dilakukan ya sang Raja sendiri, sebagai pemangku keputusan untuk kemaslahatan rakyatnya.

Pihak terakhir yang bisa dituntut untuk dipersalahkan tinggal , si pelaku pemenggal kepala Sang Resi Durna..Drestadjumna... Tapi, Drestadjumna melakukan itu semua , juga ada sebabnya. Bukankah bapaknya Prabu Drupada dipecundangi oleh Resi Durna dengan tidak ksatria juga. Nggunduh wohing pakarti...

Sengketa pembenaran & pencarian terdakwa, tidak akan pernah didapat atas kasus ini ( sama di negerinya simbah saya sana ). Kita ini sebagai rakyat, harus bisa menggembirakan semua pihak yang diatas sana, sebagai wujud & potensi kedepan untuk masih bisa eksis & masih layak dijual sebagai boneka - boneka yang bisa diperjualbelikan dimasa mendatang...

Salam@poerone2solo










Selasa, 03 September 2013

SUMBER KE-SOMBONG-AN...


Sombong adalah salah satu dari penyakit yang penyebarannya didalam tubuh kita ini, menjalar dengan sangat halus sekali. Terlalu halusnya, seringkali kita semua tidak tersadar diri disaat kesombongan itu sudah demikian kronisnya didalam tubuh kita. Peringatan dan saran dari orang - orang terdekatpun, akan membuat tersinggung & marah besar kemudian akan disanggah dengan berbagai argumentasi penuh dengan api amarah ketidaksenangan diri ini.

Berawal dari sebuah kebanggaan, kemudian berlanjut keinginan untuk sebuah pengakuan, dan akhirnya menjadi seorang NARSIS karena semua orang harus tahu apa - apa yang kita lakukan atau yang kita miliki ( yang dulu maupun yang sekarang ). Sesungguhnya kita menyadari atas kesombongan - kesombongan kita ini, namun karena sudah menjadi penyakit kronis didalam pikiran & lingkungan sekitar, menyebabkan kita menjadi terlena & terjerumus kedalam buih - buih kesombongan.

Sebagai contoh : Yang kurang punya, misalnya setelah mendapatkan " sedikit kaya " , cerita & memamerkannya kepada semua orang...ini lho...itu lho dsb. Kalau yang kaya, seringkali memamerkan kekayaannya secara halus sekali ( tanpa trasa menyombongkan ), tapi kentara juga kalau baru saja sombong . Misal : Tuh si Bungsu , kalau sekolah jajannya minta ampun...bisa habis 200 - 300 rb tiap hari. tapi, ya ndak papa, lha untuk apa papanya cari uang, kalau bukan untuk anak - anak .

Kalau mau kita telusuri, sesungguhnya sumber dari kesombongan itu adalah pikiran / hati kita sendiri. Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW : " Tidak akan masuk surga seseorang yang didalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." Selama hati / pikiran ini , tidak terbersit untuk berlaku sombong... Pastinya didalam bodylanguage tubuh kita pun tidak akan nampak sebuah kesombongan. Misal : beli jam harga satu milyar ( seperti pengacara artis ), yang tahu harga & kualitasnya kan kita sendiri atau palingan keluarga. Tapi, karena memang ada sebersit pengin diliat, pengin ditanya, pengin dipamerkan, pengin dikagumi, pengin dipuji.... dsb. Ya akhirnya cara berjalannya, cara membetulkan jamnya, cara melihat jamnya... pasti akan "menyombongkan" dengan sendirinya....

Berhati - hati didalam menjaga hati / pikiran kita , untuk sebuah kenikmatan hidup apa adanya & nikmati apa yang ada. Bukankah semua yang dimiliki didunia ini, tidak pernah kita memesannya dulu sebelum terlahir... Apa yang mau kita bangga - banggakan kawan.....

Salam@poerone2.solo  





Minggu, 01 September 2013

ILMU EXACT & ILMU SOSIAL..LEBIH SULIT MANA YA ?


Mengenang disaat sekolah dulu, ada sebuah kebanggaan kita atau bahkan orang tua , jika dalam penjurusan kelas 2 SMA dimasukkan kedalam Jurusan IPA daripada yang diarahkan ke Jurusan IPS. Karena Jurusan IPA itu identik dengan anak - anak pintar yang mempunyai IQ agak lebih dan minimal didalam kelas 1 nya masuk dalam 10 besar. Kalau mau menelusuri & memperhatikan, lebih cerdasan anak - anak Jurusan IPS..Jika diukur setelah 10 - 15 tahun kemudian, dengan melihat status sosial didalam keluarga & masyarakatnya...

Jurusan IPA atau lebih kerennya dibilang Exact, itu hanya terlatih untuk berhadapan sesuatu yang pasti - pasti saja dan terdidik untuk percaya , bila sudah melakukan sebuah pembuktian. Dan berpikirnya pun sama sampai kapanpun, misal : 5 x 7 = 35 atau 8 x 9 = 72 dsb. Hal ini terkadang terbawa didalam hidup bersosial & bermasyarakatnya, yang cenderung pendiam & disaat mempunyai ide , keras didalam argumentasinya untuk mengukuhkan ide itu & sulit menerima ide yang lain ( karena sudah memperhitungkan dengan kalkulasi yang akurat, menurutnya ).

Jurusan IPS atau biasa disebut kelas Sosial, sesungguhnya merupakan kelompok anak - anak yang tergembleng lama untuk kecerdasan sosial & melatih otak menjadi " super - super " ingat. Karena sudah menjadi kebiasaannya didalam memeras otak untuk sebuah ingatan yang notabene sepele , tapi tidak boleh salah. Misal : Kapan terjadi perang Diponegoro...? Siapa yang mewakili RI dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar ?... Pusing kan untuk kita - kita yang berada di Jurusan Exact, tapi tidak untuk temen - temen di kelas IPS dulu. Luar biasa....

Implementasi setelah di kehidupan nyata, lebih fatal lagi... Sebuah contoh yang frontal bisa kita gambarkan, anak - anak IPA itu tidak akan percaya jika jatuh dari gedung berlantai 4 dengan kepala terlebih dulu itu bisa meninggal dunia, sebelum mereka mempratekkan sendiri. Setelah mencoba, baru mereka akan percaya. Itulah filosofi kebersosialan mereka....

Berbeda dengan anak - anak IPS , yang mencoba dulu untuk belajar dari orang lain, belajar dari kejadian yang pernah terjadi, belajar dari analisa - analisa kehidupan... Dan biasanya merekalah yang menjadi leader - leader di Perusahaan dengan mempekerjakan anak - anak IPA yang super exact...

Bravo untuk anak - anak IPS yang memang terlatih untuk berkehidupan sosial & selamat pula untuk anak - anak IPA yang mampu mengolah kepastian menjadi sebuah pembelajaran didalam bersosial & bermasyarakat di kehidupannya...

Salam@poerone2.solo






" ANTRI " CULTURE TERPENDAM DI INDONESIA


Menunggu , merupakan saat - saat yang kurang menyenangkan dalam mengisi waktu kita. Namun, konsekuensi itulah yang harus kita terima disaat bersamaan waktunya dengan orang lain yang mempunyai kepentingan yang sama dengan kita. 

ANTRI, menjadi sebuah solusi terbaik untuk mengatur atas kebersamaan waktu & kepentingan kita itu. Dengan berbesar hati & penuh kesantunan kita belajar didalam budaya antri ini , tanpa harus mencoba untuk serobot sana sini atau bahkan mencari memo untuk bisa mendahului yang lainnya .

Kesantunan didalam budaya ini, tentu mengedepankan kepentingan & kegentingan dari semua pihak. Walaupun norma kenormalan menurut antrian , juga tetap menjadi satu - satunya solusi yang terbaik untuk menjembatan kebersamaan itu.

Berhati-hatilah didalam menjaga warisan budaya leluhur ini, yang mengajarkan perihal : " tepo sliro / tenggang rasa . . .". Jamu kepedulian yang diajarkan oleh orang tua kita didalam berhubungan bermasyarakat & bersosial. Inilah sesungguhnya suatu kepribadian yang sudah lama dimiliki nenek moyang kita, dalam kurun waktu bertahun-tahun lamanya. Namun , seiring berjalannya jaman & pengaruh globalisasi kebarat-baratan...Budaya itu luntur & tergantikan dgn Loe, Gue & Emang Gue Pikiran.... Capek dech...

Gali kembali culture ini, dengan membiasakan Antri... mulai dari diri / keluarga kita & mulailah dari sekarang juga...

Salam@poerone2.solo








LEARNING FROM RAHWANA...

Rahwana menculik Dewi Sinta, permaisuri dari Prabu Rama... Dan identik dengan kejahatan , angkara murka, dan keburukan sifat - sifat manusia. Begitukah Rahwana menurut cerita pewayangan yang sebenarnya ?.

Yang tidak pernah terekspose dari cerita pewayangan, ini menginspirasi seperti keadaan manusia sekarang ini. Karena seringkali kita melihat seseorang itu hanya dari luar disebut kawan , jika berada pada pihak yg menguntungkan kepentingan diri kita sendiri dan dianggap lawan, jikalau menyinggung kepentingan golongan atau diri ini ( bukan hanya kepentingan kita, tapi terusiknya perasaan sedikit saja ), sudah bisa mudah termasuk kategori musuh atau lawan bagi kita .

Bukankah Rahwana hanya menepati atau intinya menagih janji Sang Dewata akan 2 hal yang diberikannya disaat bertapa kurang lebih 50.000 tahun lamanya, yaitu :
        
       1. Diberi kesaktian tiada tanding, perwujudan keangkaramurkaan sbg perimbangan kebaikkan 
       2. Diberi jodoh titisan Dewi Widowati, yang ternyata menitis pada Dewi Sinta ini 

Salahkah Rahwana untuk hal ini...memaksa istrinya Prabu Rama ? Selama 12 tahun lamanya Dewi Sinta berada di Alengka, Rahwana tidak pernah menyentuhnya. Prinsip seorang Rahwana, tidak akan pernah sudi memaksa cinta, tapi menunggu cinta setulus hati sampai kapanpun itu...

Kemurkaan Rahwana memuncak disaat Dewi Sinta mensyaratkan untuk meminta maaf kepada Prabu Rama ( seorang raja , yang tega membunuh kakaknya untuk sebuah tahta ) & setelah semua rakyat bala tentara Alengkanya habis semua... Labuh pati, sebagai wujud Ksatria Pilih Tanding...

Tangis Dewi Sinta mengalir deras, mengiringi kepergian Rahwana yang berarti matinya Sang Penculik, yang didalamnya sebenarnya tumbuh cinta sejatinya....

Siapakah sesungguhnya " Arjuna " sejati, Rahwana apa Sri Rama.......?

Salam@poerone2.solo