Raden Kokrosono...
Jarang yang mengenal tokoh wayang ini, karena memang jarang dimainkan
dalam sebuah pertunjukkan wayang kulit purwo. Tapi, sekarang ini
harusnya ketokohan inilah yang harus dimainkan & sering dipertontonkan sebagai upaya untuk mencari seorang pemimpin....
Raden
Kokrosono atau Sukrosono, mempunyai bentuk yang buruk rupa alias buto bacang / seperti buto
kecil , dia adalah adik dari Raden Bambang Sumantri, putra dari Begawan
Suwandhagani ( paman dari Prabu Arjuna Sasrabahu ). Raden Kokrosono lah
yang selalu membantu kakaknya yang mau " suwita " ke Prabu Arjuna
Sasrabahu & dia lah yang mampu memindahkan Taman Sriwedari sebagai
prasyarat diterimanya pasuwitan Bambang Sumantri. Tapi, sungguh tragis
& miris hati karena akhirnya Kokrosono mati ditangan kakaknya
sendiri demi pangkat, derajat & ambisi......
Kriteria orang baik itu mungkin bisa kita temukan dalam sosok Kokrosono ini, ia
selalu siap berkorban untuk kepentingan orang lain, atas dasar cinta dan
pengharapan mewujudkan dunia yang ideal. Tak pernah berhitung untung dan rugi atas pilihannya....
Bandingkan dengan pemimpin - pemimpin kita sekarang ini, yang dikuasai
pencitraan ala Arjuna yang serba kinclong dan moblong-moblong (pesona
diri yang berlebihan). Kokrosono menjadi antitesis yang sangat
strategis. Ia melawan arus besar kegandrungan publik atas pemimpin yang
memiliki keindahan citra fisik ( harus nggantheng, tinggi besar, kumisan
atau berjenggot ) dan anti mentalitas manusia salon. Terbukti, para
pemimpin ala Arjuna itu tak memberikan perubahan
signifikan bagi bangsa ini. Sebaliknya, bangsa ini justru harus melayani
segala kemanjaan para ”Arjuna”, sekaligus jadi tong sampah bagi
keluhannya. Lebih menyedihkan lagi, para ”Arjuna” itu sering ngabul-abul
(mengacaukan) bin nilep kas negara untuk membiayai kepentingan diri
& golongannya yang
tidak terbatas dan dilakukannya secara systematis & di backup
landasan hukum yang kuat.
Momentum 9 April 2014, kita harapkan bisa melahirkan Kokrosono - Kokrosono baru... Karena bagi Kokrosono, segala pencitraan tak lebih dari kosmetik
untuk menutupi berbagai borok, baik borok personal, borok politik,
maupun borok sosial. Kokrosono tak butuh bedak dan gincu pencitraan
karena ia tak punya borok. Ia sangat percaya diri untuk tampil lugas,
apa adanya, penuh sikap kesatria. Ini dadaku, mana dadamu, begitu ia
berucap tanpa niat sombong, tapi tegas dan berani.
Kesederhanaan, kejujuran, kepatutan, dan kelayakan menjadi dasar
kehadiran ” Kokrosono ”.
Salam@poerone2.solo
maaaf salah tulis tu mestinya sukosrono , kokrosono tokoh lain
BalasHapusItu bukan Kokrosono tapi sukosrono adiknya Bambang Sumantri
BalasHapusYang saya minta Raden Kokrosono bukan sukosrono
HapusÀrjuna itu seorang satria yang berbudi bowo leksono...mosok anda samakan dgan pemimpin2 sekarang yg arogan seneng foya2 dapat inspirasi dari mana anda ini...sekolahmu neng ndi dool???
Hapus