HAMARSUDI PASEDULURAN KANG LINUHUR

Kamis, 28 November 2013

SEQUOIA atau BONSAI kah diri kita ?...

Pohon Bonsai, sudah seringkali kita lihat & mungkin kita mempunyainya di rumah. Pohon ini sebenarnya berawal dari Negeri Jepang sana yang selain indah dan mudah dibentuk walaupun tingginya hanya dalam hitungan sentimeter.

Dalam cerita dongeng anak - anak , sering kita melihat ada pohon yang seakan menjulang ke angkasa dan tembus ke atas awan sana. Ternyata itu nyata di alam ini, karena di hutan California sana banyak ditemukan pohon raksasa hutan yang bernama Sequoia. Pohon ini bisa tumbuh mencapai ketinggian 90 meter dan lingkar batangnya hingga 26 meter, salah satunya yang cukup terkenal dgn nama Jenderal Sherman. Pohon raksasa ini begitu hebat sehingga jika ditebang akan menghasilkan kayu bangunan yang cukup untuk membuat 35 buah rumah dengan lima kamar.
Padahal saat berbentuk biji Bonsai dan biji Sequoia berukuran sama kecil, masing2 beratnya kurang dari satu milligram. Setelah keduanya tumbuh dewasa terjadi perbedaan ukuran yang luar biasa dan kelihatannya seperti peristiwa yang sederhana saja, tetapi mari kita mencoba mentafakur alam atas kedua biji tanaman ini.
 
Ketika biji pohon Bonsai mulai menyembulkan tunasnya di muka bumi, orang Jepang mencabutnya dari tanah dan mengikat pokok akar dan memotong sebagian cabang akarnya dengan demikian secara sengaja menghambat pertumbuhannya. Hasilnya adalah sebatang pohon yang indah tetapi tetaplah mini.

 Sedangkan biji pohon Sequoia jatuh ke tanah hutan California yang subur dan mendapat gizi dari mineral, air hujan dan sinar matahari, akan menghasilkan sebuah pohon raksasa.
 
Bukankah sesungguhnya biji Bonsai maupun biji Sequoia tidak punya pilihan dalam menentukan nasibnya, hanya berpasrah saja dimana ditempatkan ditumbuhkan. Tidak demikian dengan manusia, kita semua punya hak untuk menentukan nasib.  Jadi besar atau jadi kecil , tergantung pada apa yang kita kehendaki. Mau jadi pohon sekecil Bonsai atau seraksasa Sequoia....?
 
Citra diri dan cara kita memandang diri sendiri akan menentukan menjadi apa esok kita..
Karena pilihan ada di tangan ANDA.....

Salam@poerone2solo

Selasa, 05 November 2013

RADEN KOKROSONO....( olo tanpo rupo, yen tumandang mung sedelo )

Raden Kokrosono... Jarang yang mengenal tokoh wayang ini, karena memang jarang dimainkan dalam sebuah pertunjukkan wayang kulit purwo. Tapi, sekarang ini harusnya ketokohan inilah yang harus dimainkan & sering dipertontonkan sebagai upaya untuk mencari seorang pemimpin....

Raden Kokrosono atau Sukrosono, mempunyai bentuk yang buruk rupa alias buto bacang / seperti buto kecil , dia adalah adik dari Raden Bambang Sumantri, putra dari Begawan Suwandhagani ( paman dari Prabu Arjuna Sasrabahu ). Raden Kokrosono lah yang selalu membantu kakaknya yang mau " suwita " ke Prabu Arjuna Sasrabahu & dia lah yang mampu memindahkan Taman Sriwedari sebagai prasyarat diterimanya pasuwitan Bambang Sumantri. Tapi, sungguh tragis & miris hati karena akhirnya Kokrosono mati ditangan kakaknya sendiri demi pangkat, derajat & ambisi......

Kriteria orang baik itu mungkin bisa kita temukan dalam sosok Kokrosono ini, ia selalu siap berkorban untuk kepentingan orang lain, atas dasar cinta dan pengharapan mewujudkan dunia yang ideal. Tak pernah berhitung untung dan rugi atas pilihannya....

Bandingkan dengan pemimpin - pemimpin kita sekarang ini, yang dikuasai pencitraan ala Arjuna yang serba kinclong dan moblong-moblong (pesona diri yang berlebihan). Kokrosono menjadi antitesis yang sangat strategis. Ia melawan arus besar kegandrungan publik atas pemimpin yang memiliki keindahan citra fisik ( harus nggantheng, tinggi besar, kumisan atau berjenggot ) dan anti mentalitas manusia salon. Terbukti, para pemimpin ala Arjuna itu tak memberikan perubahan signifikan bagi bangsa ini. Sebaliknya, bangsa ini justru harus melayani segala kemanjaan para ”Arjuna”, sekaligus jadi tong sampah bagi keluhannya. Lebih menyedihkan lagi, para ”Arjuna” itu sering ngabul-abul (mengacaukan) bin nilep kas negara untuk membiayai kepentingan diri & golongannya yang tidak terbatas dan dilakukannya secara systematis & di backup landasan hukum yang kuat.

Momentum 9 April 2014, kita harapkan bisa melahirkan Kokrosono - Kokrosono baru... Karena bagi Kokrosono, segala pencitraan tak lebih dari kosmetik untuk menutupi berbagai borok, baik borok personal, borok politik, maupun borok sosial. Kokrosono tak butuh bedak dan gincu pencitraan karena ia tak punya borok. Ia sangat percaya diri untuk tampil lugas, apa adanya, penuh sikap kesatria. Ini dadaku, mana dadamu, begitu ia berucap tanpa niat sombong, tapi tegas dan berani.


Kesederhanaan, kejujuran, kepatutan, dan kelayakan menjadi dasar kehadiran ” Kokrosono ”.  

Salam@poerone2.solo









Minggu, 03 November 2013

KONSISTENSI " CAKIL "....



Cakil, salahsatu tokoh pewayangan yang melambangkan kejahatan oleh kebanyakan orang yang hanya tahu sekilas tentang wayang. Mari kita coba untuk " mengintip " dari sisi samping CAKIL....

Pemeran tokoh Cakil itu pasti orang pilihan... Tarian & kembangan kreasi dalam menarinya harus lebih kreatif & sulitnya luar biasa.

Cakil tidak pernah kompromi dalam berperang, apa adanya, tidak mau disuap & tidak mau menyuap, pantang menyerah & tidak pernah melarikan diri minta bantuan... dilabuhi tekaning pati. Masih adakah orang Indonesia yang seperti Cakil ini..... ( tidak banyak mas.....)

Cakil identik dengan keangkaramurkaan & yang dicari hanya Arjuna....Keluar sekali & matinya ditangan Arjuna, sang lelananging jagad pewayangan. Kalau mau kritis sedikit ke pak Dalang, coba tanyakan asal - usul dari Cakil itu sendiri....

Tidak banyak yang tahu , asal usul dari Cakil. Emang Cakil kayak Nabi Isa, lahir tanpa bapak ibu.... Bukankah semua tokoh pewayangan, ada silsilahnya. Dan yang pasti Dalang tahu persis silsilah bapak ibu , kakek & neneknya sebuah tokoh wayang.. Trus, dengan Cakil gimana ?..

Cakil sebenarnya adalah anak Arjuna.... woooowww, ndak perlu koprol lho ya. Dulu ada seorang Raja yg sakti dalam memanah, Palgunadi namanya. Karena merasa ada pesaing dalam memanah, Sang Arjuna ingin Resi Dorna mengambilkan cincin kesaktian memanah di jari manisnya Palgunadi. Dengan keikhlasan & ketulusan, krn bhaktinya kepada Resi Dorna yg dianggapnya sbg Mahagurunya diberikan cincin beserta jari manisnya itu kepada Arjuna. Dan akhirnya Palgunadi pun mati ditangan Arjuna.....

Prabu Palgunadi mempunyai istri yg cantik jelita , Dewi Anggraeni. Berbagai bujuk rayu, Arjuna menginginkan juga Dewi Anggraeni yang hanya setia kepada Palgunadi. Akhirnya , Arjuna bisa melampiaskan nafsunya dengan paksa yang akhirnya lahirlah seorang bayi raksasa sbg lambang nafsu bejat Arjuna yg bernama Gendir Penjalin alias CAKIL....

Salahkah trah Cakil yg menuntut balas atas penderitaan ibunya....
Kalau bingung, tanya saja sama Arjuna.....???

Salam@poerone2.solo

















SEBERAPA " PENDEKAR KAH " KITA INI....

Dunia persilatan identik dengan berkelahi, keseleo, robek, berdarah - darah atau pasti urusannya dengan pihak Kepolisian setempat. Semenjak berlatih dari mulai belum kenal yang namanya memukul & menendang, kemudian sudah mendapatkan pengakuan menjadi seorang " PENDEKAR "... ( bukan hanya sebatas organisasi saja , tapi juga dikomunitas bermasyarakat ). Terkadang menjadikan dirinya menjadi malas, sombong & merasa serba tahu..

Kita tidak pernah meragukan 3 kualitas kependekarannya, :

                 1. Masalah Ghoib ( jin, kesurupan, santhet, pagar ghoib, tafsir mimpi, tebak nasib dsb )
                 2. Pengobatan Alternative ( semua penyakit dengan ritual doa kepada Sang Pencipta )
                 3. Sakti Mandraguna ( ora tedas tapak palune pande, tidak mempan senjata tajam )

Ini standart baku yang dimiliki oleh seorang Pendekar... Berbagai cara & laku, dijalani untuk sebuah pengakuan menjadi Pendekar. Tapi, justru inilah yang membuat kita semua menjadi mundur kebelakang & sering terjadi benturan dengan pihak lain ataupun dengan internal kita sendiri. Karena merasa diri lebih, membuat kita semua sulit & berat untuk menerima saran , masukkan ataupun kritikan yang membangun. Selama bertentangan dengan kemauannya, maka akan dipakailah derajat "kesenioran" untuk melandasi argument peyanggahnya.

Bukankah dulu kala, hanya diajarkan untuk menjadi manusia berbudi luhur, tahu benar & salah, dengan mengedepankan Ketaqwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yang penuh dengan kecintaan kepada Nya. Seberapa pendekarnya kita ini, hanya terukur dari ketakutan kita kepada 2 hal : MALAS & HUJAN....

Kalau hanya pendekar aspal ( asli tapi palsu ), jika berhadapan pada dua hal ini pasti akan lari terbirit - birit. Dengan berbagai alasan tentunya, kita bisa beragumentasi untuk menutupi kemalasan itu. Yang pengantin baru lah,.. anaknya baru kecil lah...istrinya hamil lah...kecapekan lah...belum pulang kerja lah... masih sibuk lah,.... dan banyak lagi yang lainnya...

Allahualam bishowab. Semua dikembalikan pada dirinya...
1 Syuro diperingati sebagai kelahiran SH Terate, tentu mengingatkan kita kembali akan janji & tugas kita sebagai Warga SH Terate...

1 Muharram 1435 H

Salam@poerone2.solo












KUNCUNG E SEMAR.... ? KENAPA ?



Semar... Semua orang sudah hafal mati dengan nama ataupun gambaran tokoh tua pewayangan, yaitu SEMAR. Banyak kupasan yang membahasnya & menceritakan filosofinya seperti yang sudah kita ketahui bersama. Tapi, pernahkah kita mencoba mencari tahu kenapa kok profil Semar itu memakai " kuncung "... Apa hanya untuk trendsetter model rambut saja ? atau memang model jaman dulu AMD saja ( pen. abri mung ndase ) ? atau kenapa... ?

Semar identik dengan perlambang kedewasaan didalam mengarungi jatah usia kita. Usia ... semakin hari, seiring bergulirnya waktu akan mengurangi jatah umur kita ini. Banyak yang mengukur kedewasaan seseorang , baik dalam berpikir & bertingkahlakunya harus berbanding lurus dengan umurnya. Semakin berumur, menjadi sebuah ciri & keharusan untuk lebih dewasa daripada yang lebih muda umurnya. Anggapan inipun tidak 100 % benar adanya, karena banyak juga yang sudah dewasa namun masih kekanak-kanakan. Mudah marah, suka berebut &  suka pamer, bahkan tidak mempedulikan lagi sikon yang ada. Pokok e gue banget gitu....

Beda dengan SEMAR... tokoh pewayangan “ tukang momong “ dari Pandawa, dengan KUNCUNG dikepalanya sebagai ciri khas nya. Kuncungnya Semar, menjadi perlambang yang tidak bisa lepas dari karakter Semar sendiri. Kekanak – kanakan Semar, diliat dari kuncungnya itu yang mengisyaratkan kepolosan , ketulusan & kejujuran seorang anak dalam dirinya. Apa jadinya jika kuncung itu tidak berada dikepalanya Semar....

Yang ada , hanya pribadi yang penuh kepalsuan & kemunafikan belaka
Yang ada , hanya pribadi yang tertutup, jaim, gengsi & serba pamrih.
Yang ada, hanya pribadi yang penuh muslihat saja


Yang tua , harusnya penuh kesantunan dalam mengisi sisa hari hidupnya
Yang muda, menjunjung tinggi tepo sliranya didalam mencari pengalaman hidupnya

Salam@poerone2.solo